Kamis, 12 Mei 2011

Televisi Sebagai Guru

  “Ayoo Dina, coba lihat sini..” seorang ibu dengan sangat lembutnya mencoba untuk mengalihkan perhatian anaknya pada televisi dan mengajak sang anak bermain bola di luar rumah. Namun anak perempuan kecil yang berusia 3 tahun, dengan kuncir dirambutnya dan pipi merah meronanya hanya menggeleng dan berusaha menjauhkan dirinya dari sang ibu yang terus berusaha mengajak sang anak dengan setengah memaksa, lalu, “akhh anak ini, nonton televisi melulu, “ gumam sang ibu. “ Noooo, I don’t want, go, go, goo..” teriak sang anak dengan bahasa Inggris yang cukup fasih.
        

Perlukah Mengajar Anak Membeli Jeruk

Biasanya ini terjadi di masyarakat perkotaan, anak berusia 15 tahun pandai mengarang, menghitung dan juara kelas pula, serta diikutkan oleh ayah dan ibunya les ini itu. Seringkali pula ia menjadi kebanggan orang tua dalam pertemuan keluarga maupun pertemuan dikalangan bisnis sang ayah karena sang anak tampan rupawan, bersih dan santun serta dibanggakan sebagai juara kelas di sekolahnya sehingga mengundang pujian dan membanggakan keluarga. Namun ada satu yang terlupa, kehidupan yang dibawa dan diajarkan tidak mengarahkan anak untuk mahir dalam melakukan hal-hal yang seringkali tidak terpikir oleh seorang ayah atau ibu dalam mendidik anaknya, yaitu membeli jeruk.
          

Ketika Sekolah Ideal Itu Kudapatkan

Sangat susah mencari sekolah ideal. Dimana-mana sekolah menawarkan yang terbaik, dan setiap sekolah ternyata setelah dikaji ulang memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Sebetulnya yang dicari orang tua itu apa dan bagaimana tergantung dari pada ekspektasi dan harapan orang tua pada sang anak itu sendiri sesuai dengan latar belakang keluarga, pendidikan dan agama orang tua si anak.
      

Jumat, 06 Mei 2011

Mereka, Yang Bisa Mengantarkan Kita ke Syurga!

SEBUAH berita kecil membuat para orangtua Indonesia kaget bukan kepalang. Seorang siswi kelas 1 SMK di Surabaya, diringkus anggota Satreskrim Polrestabes Surabaya lantaran diduga telah menjual temannya untuk dijadikan pekerja seks (WTS). Bayangkan, remaja berusia 15 tahun itu telah berani menjadi mucikari  dengan memberikan iming-iming bayaran tinggi jika temannya mau menjadi anak buahnya di bisnis prostitusi.
Sebelumnya, berita cukup menyedihkan datang dari Komnas Perlindungan Anak dan BKKBN ( Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional )  yang melakukan penelitian tentang Perilaku Seksual Remaja SMP dan SMU tahun 2009. Hasilnya tak  kalah menyedihkan. “Tingkat keperawanan remaja Indonesia masih mengkhawatirkan”.

Selasa, 03 Mei 2011

Hanya Mau Berteman dengan Satu Orang

Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuhu.
 
Mam Fifi yang mudah-mudahan dirahmati Allah, Putri saya sekarang duduk di kelas IV SDIT, untuk prestasi sekolah Alhamdulillah putri kami menduduki ranking 1. Paralel, yang menjadi persoalan adalah masalah pergaulan putri kami dengan teman-temannya,  dimana putri kami hanya mau berteman dengan satu orang saja yang dianggap paling cocok dengannya.  Dan hal ini terjadi sejak putri kami duduk dikelas I dia punya teman yang akrab hanya seorang selama 2 tahun, begitupun setelah kenaikan ke kelas 3 dan ke kelas 4, dia hanya mau berteman dengan seorang saja.
 
Arief Riadi –
 

Sad Husband

Assalamu'alaikum ibu Fifi..
 
Sudah lama saya ingin sharing, bertanya dan memohon pencerahan disini, baru sekarang terwujud. I dont know how to start, let's start with this statement yang baru saya hadapi baru-baru ini dari istri saya :
1."Coba kamu dua hari saja gak usah kerja, dirumah ngurusin anak dari pagi sampai malam mereka tidur, pengen tahu aku..!" "Aku mau maen dong, refreshing.."
2."Aku aja cuek ama diriku, ngapain aku mesti peduli ama anak-anak? Biar aja mereka main sendiri"
Kedua statement itu keluar dari bibir istri saya, dipagi hari sebelum saya berangkat kerja. Saya Istighfar dalam hati, dan sepanjang perjalanan kekantor pikiran dan hati saya gelisah dan kaget sekali serta marah. Kami punya dua anak, laki-laki 3,5thn & perempuan 2,5thn. Istri saya fulltime housewive dan saya fulltime worker. Istri saya mengenakan Hijab (ALhamdulillah) 30thn, saya 38thn. Saya bahagia sekali karena memiliki kehidupan yang buat saya sudah lengkap, walaupun kami masih kontrak rumah.
Istri saya memiliki karakter dan pribadi yang keras hati, dan itu sudah saya tahu sebelum menikah dan sudah dibicarakan, bahkan dia berjanji akan lebih baik setelah menikah. Namun saya sadari, karakter dan kepribadian seseorang sangat sulit untuk dirubah,karena itu sudah nempel sejak lahir apalagi diperkuat dengan faktor gen dari ibunya yang juga sama-sama keras hati dan sangat dominan.
Berkaitan dengan statement istri saya diatas, saya mohon pencerahan dan pemikiran ibu tentang apa yang terjadi, dan bagaimana saya menghadapi ini, apa yang harus saya lakukan. Sebagai gambaran untuk ibu, sejak anak-anak lahir saya sangat excited sekali. Bahkan saya yang sering memandikan, memberi makan, mengajak bermain, mengajari hal-hal baru dan lain-lain. Sebelum berangkat kerja atau sore hari kalau saya dirumah, anak-anak pasti saya yang mandikan. Sabtu minggu saya ajak anak-anak bermain, naik busway, ke monas  dan lain-lain tanpa istri saya. karena istri saya orangnya pasive dan tidak menyukai outdoor activity (sering saya bujuk tapi tidak berhasil). Saya juga menyuapi makan anak-anak, mengganti pampers, menenangkan anak bila sedang nangis, marah dan lain-lain. Seperti saya bilang diatas, istri saya keras hati dan egois. Saya perhatikan dia suka bicara kasar dan bicara dengan nada tinggi kepada anak-anak, walaupun tidak memukul (yang saya ketahui). Cara bicara kasar itu turunan dan didikan ibunya, sudah sering saya ingatkan. Setiap saya ingatkan/nasehati dgn baik-baik, dia pasti marah dan tersinggung.  Saya selalu ingatkan dia, untuk memberi contoh yang baik dan mulai mendidik anak, karena saya yakin anak-anak pasti seharian didiamkan oleh dia atau dibentak-bentak. Bahkan saya suka ingatkan dia untuk rajin membaca AlQuran dan beri contoh atau ajarkan anak-anak untuk mulai mengenal Al Quran. Dia malah asik membaca novel, dan dia mengkoleksi novel-novel tebal bahkan lebih tebal dari Al Quran. Walhasil saya sempatkan Sabtu Minggu saya kenalkan dengan doa atau surat-surat yang singkat.
Ibu Fifi, saya mohon sekali pencerahan dan pemikiran ibu. Apa yang harus saya lakukan kepada isttri saya. kadang terlintas dipikiran saya untuk mengambil keputusan besar. Masih banyak yang ingin saya share dan saya perlu input dan pencerahan. Walaupun saya selalu sempatkan berdoa dan berdzikir, secara manusiawi saya perlu mendapatkan input.
 
Terima kasih.
 
Hamba Allah
 

Cara Mendidik Adik Ipar Perempuan

Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh Bunda,
 
Saya sudah menikah 6 bulan dan belum di amanahi titipan Allah. Suami saya memiliki tiga adik perempuan dan ayah parent, karna ibunya sudah meninggal 6 tahun yang lalu. Adik di bawahnya suami sudah menikah, tapi sejak awal saya tidak suka dengan sikap, perbuatannya yang seperti anak malam (pergi malam pulang pagi, itupun dia pergi dengan teman-temannya) dan mungkin pengaruh kurang didikan dari pihak perempuan. Sejak awal saya sudah mengeluhkan sikap adik ipar saya yang begajulan itu, tapi suami saya hanya bilang "biar saja nanti akan sadar sendiri" (sebenarnya saya lega karna saya tidak diminta untuk mengurusi adik ipar itu karna sikapnya yang begajulan lagian dia juga sudah punya suami). Karna saya melihat adik ipar saya seperti itu, saya takut dua adiknya akan seperti Kakaknya. Ohya Bunda, dua adik ipar saya itu kelas 4 dan kelas 1 SD. Awalnya saya bisa menghandel mereka, tapi setelah saya nikah, saya kesulitan mengontrol emosi saya. Saya itu orang yang disiplin, peraturan dirumah sudah saya beritahukan tapi kalau kelupaan trus saya akan marah pada mereka. dua adik ipar saya ini pendiam, untuk yang kelas 1 ini (seharusnya sudah kelas 3 tapi dulu tidak mau sekolah dan Alhamdulillah sekarang mau sekolah) ngambeknya gede, kalau keinginannya tidak di penuhi dia akan nangis. Tapi sangat di sayangkan, ayah mertua dan suami malah menurutinya agar tidak nangis lagi. Dan adik ipar saya yang kelas 4, alhamdulillah mendingan dari pada adiknya. Tapi kalau di bilangin kadang di anggap sepele Bunda, tapi lebih pendiam di banding adiknya. Kalau adiknya masih mau ngomong walaupun kalau di tanya saja sama saya, tapi kalau dengan suami saya mereka akan bercerita panjang lebar. Yang mau saya tanyakan Bunda,
1.  Bagaimana cara saya mengontrol emosi (sebenarnya ada masalah pribadi antara saya dengan ayah mertua saya, terkadang jadi terbawa saat memarahi mereka) ?
2.  Bagaimana cara mendidik adik-adik ipar saya yang pendiam ini?
Jujur untuk melakukan pendekatan dengan mereka saya agak segan karena masalah pribadi saya dengan ayah mereka Bunda.  Rumah saya dengan mertua lumayan jauh.
Adik-adik suami datang hanya untuk menginap, karena saya dan suami adanya malam. Dan sekedar menginformasikan kalau suami saya ini bukanlah Kakak kandung mereka, suami saya ini hanya anak angkat sejak bayi.
Terima kasih Bunda atas jawabannya dan maaf jika terlalu panjang.
 
Wassalamu'alaikum Wr.Wb.
 
Wirda
 

Khawatir dengan Pengaruh Keluarga Istri

Rumah kami berdekatan dengan mertua. Dan mertua serta ipar-ipar saya sering ke rumah saya. Yang menjadi masalah ipar-ipar saya sering berbuat dan berkata tidak baik. Demikian pula dengan mertua saya, bahkan sering bertengkar dengan anak-anaknya di rumah saya yang membuat ketenangan kami terganggu, bahkan tak jarang anak saya yang masih kecil terbangun dari tidurnya. Saya sebenarnya ingin pindah rumah, tapi istri saya tidak ingin jauh dari orang tuanya dengan berbagai alasan. Penghasilan kami juga pas-pasan tapi istri saya sering membantu keuangan keluarganya yang terkadang bukan urusan penting yang membuat kami sering kekurangan. Bagaimana saya mengatasinya???
 
Abdullah