Selasa, 21 Juni 2011

Cita-Citaku : Menjadi Anggota DPR

Hari Nasional biasanya di sekolah-sekolah menganjurkan anak-anak untuk memakai pakaian yang berbeda dengan judul occupation day. Pakaian yang digunakan biasanya menunjukkan latar belakang daerah masing-masing, dan juga ada beberapa anak yang menggunakan pakaian sesuai dengan pekerjaan yang diinginkan ketika mereka sudah besar nanti. Walau yang sudah kita ketahui seringkali cita-cita kita waktu kecil berbeda total dengan pekerjaan kita ketika sudah dewasa.
Semua anak menunjukkan tangannya dengan yakin dan bangga, ketika sang guru disekolah menanyakan apa cita-cita mereka kalau sudah besar nanti. Walau sebetulnya mereka tidak paham, apa itu pekerjaan sang pilot, apa pekerjaan seorang nakhoda kapal, sulitnya pekerjaan menjadi prajurit, tentara, polisi, dan lain-lain.

Kamis, 09 Juni 2011

Guruku Sayang Yang Bau Bawang

“Assalamu’alaikum ustadz, maaf nih anak saya masuk sekolah jam 12.30, kalau tidak keberatan setelah ustadz mengajar ngaji anak saya, tolong dia diantar ke sekolahnya, kebetulan saya tidak bisa kesana, karena saya masih terjebak macet di depan pertigaan plaza bukit tinggi, jazakallah yaa usatdz.. terima kasih banyak, maaf merepotkan..” demikian pak Dedy meminta tolong pada sang ustadz yang merupakan guru ngaji anaknya dimana si anak memang setiap hari ikut kelas membaca Al Quran di sebuah rumah di samping masjid Al muhajirin. Sang ustadz memang terkenal di komplek rumah mereka dan anak-anak yang mengaji di rumahnya selalu senang karena ustadznya baik sekali, tidak pernah marah dan di depan rumah ustadz ada pohon jambu yang bila berbuah semua anak boleh memanjat pohon dan makan jambu sepuasnya. Jambunya manis dan ustadz tidak marah bila anak-anak makan jambu dan tidak mengaji lagi karena sakit perut. Dengan lembut ustadz biasanya mengganti sesi membaca iqro dengan bercerita mengenai kisah perjuangan para sahabat, dan cerita ustadz sungguh memukau. Rasanya waktu cepat berlalu bila ustadz sudah mulai dengan ceritanya yang membawa anak-anak seakan-akan hidup pada zaman para sahabat nabi dan bertemu langsung dengan mereka. Subhanallah..
      

Anak-anak hasil didikan Ustadzah Yoyoh

“Abi, ini perjalanan umi yang terakhir,“ demikian ungkapan Ustadzah Yoyoh pada suaminya yang  tercinta Ustadz Budi Darmawan  yang kemudian dijawab, ”istighfar mi.“ Lalu Ustadzah Yoyoh berisitighfar dan kemudian mengucapkan kalimah syahadat… sesaat sebelum ambulance dari RS Mitra Keluarga Plumbon Cirebon datang dan tak lama kemudian Ustadzah Yoyoh, ibu yang solihat dari 13 anaknya menghembuskan nafas yang terakhir, meninggalkan anak-anaknya dalam cinta pada Ilahi Robbi. Beliau yakin anaknya ada yang mengasuh dan beliau yakin bahwa anaknya akan ada dalam genggaman sang pencipta yang maha pengasih  lagi maha penyayang (surah Al Fatihah : 3).