Ibu Mertua (Nenek) Yang Mengatur Pengasuhan Bayi
Wednesday, 28 July 2010 | Konsultasi
Assalamu'alaikum wr.wb. Langsung ja ya.. saya punya bayi umur 6 bulan, sekarang sedang belajar duduk. Saya melihat mertua saya terlalu ikut campur dalam hal pengasuhan bayi saya. Saya merasa peran saya sebagai seorang ibu tidak ada artinya. Saya ingin mengasuh bayi saya sendiri tanpa harus ada campur tangan mertua, terlebih lagi mertua saya terlalu memanjakan bayi saya, keluar areal rumah ndak dikasi, bahkan hanya untuk berkunjung ke tetangga ndak boleh. Saya jenuh dengan keadaan di rumah mertua saya ini. Sebenarnya saya sama suami mau pindah rumah karena kami sudah punya rumah sendiri, tapi tetap ndak dikasi, alasannya dia tidak bisa jauh dengan suami saya karena suami saya anak paling bungsu dan keliatannya anak kesayangan. Pertanyaan saya :
- Bagaimana caranya supaya mertua saya berhenti mengatur kehidupan saya?
- Bagimana perkembangan bayi saya nanti, saya takut bayi saya akan menjadi anak yang manja karena nenenknya terlalu memmanjakannya?
- Salahkan kalau nanti saya memutuskan untuk pindah rumah walaupun mertua tidak mengijinkan?
- Saya sudah sampai ke tahap yang sangat melelahkan dalam kehidupan rumah tangga saya, bagaimana caranya supaya saya bisa tenang dan sabar?
Terimakasih. Wassalam.
Mala
Assalammu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh, dear mala yang solihat.
Mala, saran saya, sabar dulu ya,kalau anak kamu sudah dewasa dan kamu merasakan kesepian, ditinggal tinggal oleh anakmu, maka kamu akan merasakan apa yang ibu mertuamu rasakan dan juga memahami apa yang beliau inginkan dan pikirkan.
Intinya begini, beliau terlalu excited (gembira yang amat sangat) dengan kehadiran cucu dan inginnya mengatur segalanya sampai-sampai lupa bahwa anak bayi itu ada ibunya. Dan memang sebagai ibu baru apalagi anak pertama, sebaiknya dipegang, diasuh langsung oleh ibunya sendiri, toh ibunya sehat, normal dan beriman (buktinya baca eramuslim) dan ibu yang sekarang adalah ibu yang mengerti permasalahan anak di zaman sekarang, berbeda dengan ibu jaman dahulu, walau memang dari segi perawatan anak, ibu jaman dulu jujur saja seringkali lebih baik, lebih telaten dan lebih hati-hati daripada ibu jaman sekarang.
Begini saja, sebaiknya bicarakan dulu dengan suami dan harus tega juga untuk bicara baik-baik dengan ibu, lalu sebaiknya tetap saja pindah dan membangun rumahtangga sendiri, kok saya tega yaa,karena rumah tangga itu harus dibina dari awal berdua dan setiap rumahtangga bila mau sakinah maka harus tidak ada campur tangan oranglain baik mertua maupun ipar dan lain-lain.
Soal kesepian dan sedih dikala tua, memang itu sudah merupakan resiko semua orang, bahkan kita pun akan mengalami hal itu, namun tidak boleh kita bersikap egois dengan memaksa anak cucu kita tinggal bersama kita. Sesekali bahkan setiap hari boleh juga datang kerumah mertua dan bawa cucumu, dan kemudian tetaplah membuka pintu dan diri untuk mertua dan ibu kita memberi saran apapun terhadap anak kita, walau mungkin ada hal yang kita tidak setujui, diam saja, namun bila beliau tidak ada kita tidak laksanakan.
Dulu saya pernah disuruh anak bayi saya memakai gurita yang diikat kuat-kuat katanya agar anak tidak masuk angin, namun saya dimarahi dokter karena gurita yang diikatkan kuat sepanjang tubuh anak dari dada sampai bawah perut akan membuat nafas anak tidak baik, dan mengganggu pernafasan, maka ketika itu saya membiarkan saja mertua mebebatkan gurita, dan kemudian saya katakan baik-baik bahwa gurita menurut dokter begini dan begitu, alhamdulillah mertua mengerti dan sejak itu cucu-cucu dari anak mertua yang lain malah tidak pakai gurita atas saran mertua saya, berdasarkan masukan dari saya.
Saya pikir tetap lembut dan penuh kasih sayang ketika bicara dengan mertua namun tegas, akh..saya yakin mertua malah pengertian kok, apalagi kalau Mala mampu menunjukkan di tangan Mala, anakmu sehat dan cerdas serta taat beribadah nantinya, bisa jadi sampel model buat cucu-cucu yang lain, dan yang jelas jangan malas kerumah mertua dan bawa cucu ya, baik juga sekali-kali kamu lagi pergi mengaji misalnya, atau lagi sibuk banget atau lagi mau berduaan aja dengan suami, anakmu titip dirumah mertua tentu saja dengan segenap pesan yang mudah dan tidak terkesan menggurui, misal : “ bu..saya titip dinda ya (bayimu), ini ada baju gantinya, dan ini bedaknya, kalau ibu tidak keberatan nanti ibu pasangkan kaset ngajinya ya bu, biar dinda tidur diiringi ayat qur’an, oh ya bu dinda kata dokter belum bisa makan yang keras keras, ini saya bawakan makanannya , biar ibu juga gak repot bikin makanan dinda, saya pergi dulu ya bu, ibu mau titip apa..? maaf ya bu kalau merepotkan, makasih ya bu..ibu baik deh..wassalam...(bla bla bla) oh ya, kalau mertuamu cemberut ketika itu atau bicara yang ketus mungkin masih sedih dan sakit hati padamu karena anaknya dan anakmu dibawa pergi olehmu ( he he..) maka kamu tetap senyum, sabar dan lembut dan tinggalkan namun jangan lupa bawa sedikit oleh-oleh yaa, sekedar lemper 5 buah atau pisang sesisir, dan setelah itu pura-pura tidak tahu saja dan bersikap biasa ketika mengambil anakmu sebelum pulang kerumahmu sendiri.
Ya poci poci perlu untuk mertua yang sebetulnya beliau baikhati namun sedang terlalu gembira punya cucu yang lucu.
Ok ya, mbak Mala, jangan risau, sabar mudah tapi susah dilakukan namun harus diusahakan yang penting jangan emosi dan kesal duluan dan beritahu baik-baik saja, dan setuju tak setuju suamimu sebagai kepala keluarga harus mampu memberikan keputusan demi kesakinahan keluarganya sendiri.
Saran terakir, sebaiknya suamimu yang membujuk ibu mertua dan membawa kamu keluar dari rumah untuk berumahtangga sendiri dengan berbagai konsekwensi, dan kamu duduk manis dan tenang dan tetap pengasuhan anak ada ditanganmu sendiri, nanti yang diminta pertanggungjawaban diakhirat kan kamu bukan neneknya. Wassalammu’alaikum
Tidak ada komentar:
Posting Komentar