“Ya, punya kamu, dipelihara ya jangan lupa kasih makan,” kata mama Aldi pada siang hari yang terik, sepulangnya Aldi dari sekolah.
“Wah…senang banget deh ma, kalau punya mainan kayak begitu,” tunjuk Aldy pada seorang anak yang asyik bermain psp (sejenis permainan yang berupa game yang bisa dimainkan dan dibawa kemana mana).
“Aldy mau?” Tanya mamanya perlahan, “kalau mau besok mama belikan, namun kalau sudah janji disimpan baik-baik ya, jangan diletakkan sembarangan…” pesan mama.
Dan besoknya mainan yang diinginkan Aldy sudah ada di atas meja belajarnya.
Ini bukan yang pertama atau yang kedua, ketika Aldy menunjukkan wajah ingin terhadap mainan yang dilihatnya, maka Aldy hanya tinggal minta pada mama, atau memasang wajah ingin dengan mimik memelas, seakan-akan jarang sekali dibelikan mainan. Dan mainan Aldi sendiri sudah bertumpuk-tumpuk, walaupun diatur rapih, dan kamarnya sudah seperti gudang mainan, namun mama sangat mudah meluluskan keinginan Aldi terhadap apapun. Semua yang diinginkan Aldy dari hamster, mainan kuda poni kecil, ben10, sepatu roda, semuanya mama berikan.
Mama berikan tidak mengenal waktu dan kondisi, tanpa prestasi, dan Aldi sudah terbiasa pula dengan mendapatkan sebuah hadiah tanpa adanya usaha keras, dan tanpa motivasi. Sehingga Aldy tidak pernah berprestasi, dan Aldi pun cenderung menjadi anak yang kurang menghargai barang, karena dia mendapat mainan dengan sangat mudah tanpa jerih payah. Bila mama tahu dan mau memakai konsep Al-Qur’an mengenai surga neraka, yang seringkali mengatakan bahwa yang berbuat baik akan mendapat ajrunminallah (pahala yang besar), sementara yang berbuat jahat akan mendapat adzaun aliim (siksa yang sangat pedih), maka mama Aldy Insya Allah akan medapatkan anak yang mengerti barang dan menghargai barang serta menjaga prestasi.
So, berikan anak hadiah, atau barang, bila dia memiliki prestasi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar