Kamis, 28 Oktober 2010

Apa Yang Harus Dilakukan Sebagai Anak

Assalamualaikum
Saya pria 28 tahun dan Alhamdulillah sudah berkeluarga selama 5 tahun, ada suatu kondisi yang bagi saya merasa butuh bimbingan untuk bisa berbakti kepada orang tua.
Yang pertama mengenai kondisi mertua saya, saya memaklumi bahwa cara pandang mertua saya yang mungkin maaf bisa dikatakan kolot. Dulu sebelum kami menikah, mereka adalah sosok orang tua yang mengajarkan anak-anaknya itu belajar iklhas dan prihatin serta mendidik anak-anaknya menjadi seorang muslimin dan muslimah. Namun sekarang ini kondisi sudah berubah, bisa dikatakan kami sebagai anak tujuannya ingin mengangkat derajat orang tua, tetapi setelah sekian lamanya ternyata justru membuat mereka dalam kondisi takabur, sombong karena merasa anak-anaknya sudah memberikan materi dan kiriman yang akhirnya malas-malasan dan jarang shalat. Padahal dilihat dari usianya yang masih muda seharusnya masih bisa bekerja dan bertawakal serta menegakan shalat. Sampai adik bungsu ipar saya itu tidak di didik seperti kakak-kakaknya, yang akhirnya menjadi tidak kontrol dan putus sekolah. Namun hal ini tidak ada teguran dari mertua saya, justru sebaliknya kami yang tidak disukai oleh mereka. Sebagai anak, apa yang harus kami lakukan? Apakah kami stop memberikan materi dan kiriman atau bagaimana? Kami takut tindakan kami justru membuat berdosa dan tidak berbakti terhadap orang tua.
Ady

Jawaban

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuhu,
Saudara Ady yang dimuliakan Allah,
Mertua itu ibarat orang tua kandung. Berbakti kepada mereka, ibarat berbakti juga ke orang tua sendiri. Apalagi anda sudah ditolong oleh mereka. Mereka mendidik istri anda sejak dalam kandungan dan dengan penuh ikhlas merawatnya. Setelah besar anda menikahinya. Bisa anda bayangkan, bila anda yang melakukannya tentu tidak mungkin kan ya? Itu sebabnya Nabi mewasiatkan berbakti kepada orang tua adalah kebaikan dengan pahala besar dan mendurhakainya adalah dosa besar yang tak layak dilakukan oleh para mukmin.
Maka perbesarlah pahala anda dengan mengikhlaskan apa yang sudah anda berikan untuknya serta tidak mengungkit-ungkitnya lagi. Bila pun ia masih muda dan sanggup berusaha, lalu anda tetap menyedekahkan apa yang anda punya untuknya, tentu tak ada salahnya.
Dari Abu Hurairah ra. ia berkata : Ada seseorang yang
berkata: “Wahai Rasulullah, sesungguhnya kami mempunyai
beberapa saudara, dan saya menghubungkan tali
kekeluargaan dengan mereka, tetapi mereka
memutuskannya. Saya berbuat baik kepada mereka tetapi
mereka berbuat jahat kepada saya. Saya senantiasa berbuat
ramah kepada mereka, tetapi mereka tidak tahu diri.” Beliau
bersabda : “Seandainya benar seperti apa yang kamu
katakan, maka seakan-akan kamu menyuapkan abu panas
kepada mereka. Dan Allah senantiasa memberi pertolongan,
karena perbuatan mereka jika kamu tetap berbuat demikian.”
(H.R Muslim)
Dari Abu Abdurrahman bin Mas’ud ra. ia berkata: “Saya
bertanya kepada Nabi SAW: “Amal apakah yang paling disukai
oleh Allah Ta’ala?” Beliau menjawab : “Salat pada waktunya.”
Saya bertanya lagi : “Kemudian apa?” Beliau menjawab :
“Berbuat baik kepada kedua orang tua.” Saya bertanya lagi :
“Kemudian apa?” Beliau menjawab: “Berjihad (berjuang) di
Jalan Allah.” (H.R Bukhari dan Muslim)
Meski perlu dipikirkan cara lain untuk menyadarkannya bila cerita anda benar, bila ternyata ada kesombongan karena anaknya sudah mapan dan berhasil, bahwa sombong itu pekerjaan setan dan tak layak dimiliki oleh orang beriman.
Mungkin anda perlu mengevaluasi diri apa yang membuat anda “dibenci’ olehnya? Misalnya, apakah saat anda menyerahkan sedekah kepada mereka, anda telah khilaf sehingga mengatakan suatu perkataan yang menyakiti hatinya? Adakah Anda menunjukkan kegusaran sehingga menyuruhnya untuk tak tergantung dengan uang kiriman dari anak-anaknya? Sdr Ady, bisa jadi perkataan semacam itu akan bisa membuatnya menjadi antipatif atas sikap dan tindakan anda. Minta maaflah dengan kerendahan hati agar komunikasi antar anda dan mereka lancar dan tak ada hambatan. Komunikasi yang baik akan sangat menentukan kebaikan anda dan membantu anda untuk melancarkan pengaruh yang baik kepada mertua anda. Anda akan didengar bila mereka tak merasa ada kendala komunikasi ketika bercakap dengan anda.
Sdr Adi, meski begitu, tetap berbuatlah baik kepada mereka. Pikirkanlah kebaikan apa yang bisa anda lakukan untuk menghargai jasa-jasanya. Kalau memungkinkan, ajaklah saudara –saudara yang lain untuk bermusyawarah dan melakukan kebaikan bersama agar masalah si bungsu ini menemukan jalan keluar.
Bila ternyata apa yang dilakukan oleh mertua anda karena keinginannya untuk mendapat perhatian dari anak-anaknya, tidak semata-mata perhatian berupa kiriman uang, tapi perhatian secara psikologis, dapat berupa telpon, hadiah, pujian, maka anda perlu menyediakan waktu untuk memperhatikan keduanya. Lakukan hal meskipun sederhana, misalnya memuji masakannya, memuji tanaman yang dirawatnya atau perkara-perkara yang menimbulkan rasa senang di hatinya. Nah Saudara Ady, apapun balasan perbuatan dari orang lain, termasuk mertua, maka insya Allah tidak akan hilang begitu saja. Nah, selamat berbuat baik kepada mertua, semoga Anda dapat menginspirasi para menantu lain..! Teiring do’a dari saya.
Billahit taufiq wal hidayah,
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuhu,
Bu Urba

Tidak ada komentar:

Posting Komentar